Thursday, February 19, 2009

TIPS AMIN1


Resep Hidup Rohani Yang Sehat

Kehidupan menuntut penyesuaian dalam segala hal, baik hidup beriman maupun keseharian. Sebagai manusia kita sering lemah, letih, lesu dan berbeban berat, sehingga kita memerlukan kesempurnaan dalam hidup, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, akal budi, jiwa, dan kekuatan serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Dengan anjuran dibawah ini, semoga kita senantiasa hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Mengenai aturan dosisnya, bagi anak-anak usia 0-12 tahun setengah dari dosis orang muda, bagi orang muda sesuai dosis yang tertera, dan bagi orang dewasa dianjurkan melebihi dosis orang muda. PERHATIAN!!!, dosis ini tidak menimbulkan efek samping dan bukan suatu paksaan atau indoktrinisasi. Jika melaksanakannya dengan baik dan benar, maka Berkat dan Anugerah Tuhan tercurah bagi Anda. Imanuel.

Pertama, Refleksi dan Doa, minimal 30 menit (malam sebelum tidur dan sesudah bangun pagi). Para Imam, Biarawan – Biarawati selalu melakukan refleksi dan doa dalam kesehariannya. Kita yang manusia awam dapat hidup seperti mereka. Saat berdoa kita berefkleksi, dengan mengingat kembali semua pekerjaan atau kegiatan yang telah kita lakukan sejak bangun pagi hingga malam hari. Ketika bangun pagi, kita pun bedoa kepada Tuhan untuk merencanakan semua pekerjaan atau kegiatan yang akan dilaksanakan hari itu. Sebab jika Tuhan menghendaki kita akan hidup dan berbuat ini dan itu (lht. Yakobus 4:15)

Kedua, Nyanyaian Pujian Syukur, minimal 5 lagu (pagi dan malam). Setiap orang seringkali menghapali lagu-lagu terlaris di belantika musik, misalnya potong bebek angsa, ayat-ayat cinta, kemesraan, dsb. Mulai saat ini kita mulai menyanyikan lagu pujian dan syukur sebab Tuhan senantiasa penuh dengan Syukur dan Pujian (1 Tesalonika 5:18). Seandainya kita tidak bisa nyanyi (fals), kita bisa memutar lagu-lagu rohani dengan peralatan yang kita miliki (i-pod, kaset, CD-DVD, handphone,dll). Pasti dalam lubuk hati kita akan memaksa bibir kita untuk bernyanyi meski beberapa kata saja.

Ketiga, Membaca Kitab Suci, minimal 3 perikop, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam). Membaca kini menjadi budaya di Indonesia, agar rakyatnya tidak ada yang buta huruf di era Globalisasi nanti. Jika kita melupakan membaca Kitab Suci setiapa harinya. Maka Roh kita akan kosong melompong, dan bisa dimasuki tujuh roh jahat lainnya yang lebih jahat (Matius 12:43-45). Oleh karena itu, minimal kita membaca satu perikop dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Injil. Jadi bukan saja untuk menangkal tetapi mengisi ruangan dihati kita dan berkembangannya spiritualitas kita.

Keempat, Membaca Buku-buku Rohani dan lainnya, minimal 7 halaman, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam), seperti Katekismus, Iman Katolik atau buku-buku lainnya. Sebab kita tidak mau disebut Katolik KTP kan? Setidaknya pengetahuannya dapat berguna bagi iman kita dan bagi iman keluarga kita sendiri (lht. Roma 10:17).

Kelima, Menghafal dan Merenungkan, minimal 5 kata atau kalimat (setiap hari, sebaiknya dimulai pagi hari). Tak kenal maka tak sayang. Jika kita tidak mengenal atau mengingat apa yang kita yakini dalam agama kita, maka keruntuhan imanlah yang akan menimpa. Setiap orang yang merenungkan Sabda Tuhan siang dan malam, ia bagai pohon yang subur dan berbuah dengan baik (lht. Mazmur 1:3). Sabda-Nya membantu kita setiap saat.

Keenam, Melakukan Tindakan Nyata, minimal 3 hal berbuat baik dan benar, 3 x sehari (siang, sore, malam). Setiap hari tentu kita mengosok gigi, ke sekolah, dan bekerja. Namun, tindakan berbuat baik dan nyata pa yang kita lakukan hingga menjadi suatu kebiasaan? Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati (lht. Yakobus 2:17). Salah satu contoh tindakan nyatanya adalah memberi sedekah, memberi pakaian, memberi makanan-minuman, mengunjunggi orang sakit dan yang berada dalam penjara (lht. Matius 25:33-40). Jika kita menjadikannya suatu kebiasaan, maka janji Tuhan digenapi bagi hidup kita.

Ketujuh, Bersaksi dan Menjadi Teladan, minimal kepada 3 orang, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam). Bersaksi disini bukan untuk menjatuhkan orang lain atau fitnah. Melainkan menceritakan pengalaman diri kita sendiri saat kita di tolong Tuhan (lht. Lukas 24:44-49). Kesaksiannya berupa nilai-nilai iman Katolik, mukjizat, karya-karya serta penyertaan Tuhan. Inilah yang pokok diceritakan kepada orang lain. Sehinngga pribadi Tuhan terpancar dalam kehidupan kita, seperti kita meneladani hidup Yesus, Bunda Maria, dan Orang-orang Kudus.

Salam hormat.

TTD dan cap jempol,

‘Mantri’ Melki Pangaribuan.

Tuesday, January 27, 2009

CerPeng5

PROSES KOMJAK ...

15Selamat! Anda Lolos Seleksi Peserta KOMJakRabu, 12 November, 2008 08:22
Dari:"KomJak" Melihat detail kontakKepada:"Melki pANGARIBUAN" , melki.pangaribuan@mhs.atmajaya.ac.id-----Berikut adalah Lampiran dalam Pesan-----

Selamat!Anda LOLOS SELEKSI sebagai PESERTA KOMJak dan layak mengikuti tahap-tahap selanjutnya dalam program ini.

Selanjutnya, kami mengundang Anda untuk:
[1] hadir dalam JUMPA PESERTA KOMJak pada hari Sabtu 15 November 2008 pk. 15.00-17.00 di Wisma Agustinus, Jl. Gelong Baru Utara II No. 36 C Tomang [sangat diharap hadir tapi tidak wajib] untuk memertemukan seluruh peserta dan fasilitator KOMJak …… dan ……

[2] mengikuti ORIENTASI PROGRAM pada hari Kamis-Minggu, 20-23 November 2008 mulai pk. 19.00 hari pertama, selesai pk.14.00 hari keempat [menginap] di SAMADI, Jl. Dermaga 6 Klender, Jakarta Timur [wajib hadir].ORIENTASI PROGRAM adalah tahap pertama dalam seluruh rangkaian proses pembelajaran program KOMJak. Dalam Orientasi Program, Anda akan berproses bersama seluruh peserta KOMJak yang lain untuk: [1] menyiapkan dan mengorientasikan/mengarahkan diri mengikuti program ini. [2] menggiatkan kembali kemampuan berefleksi sebagai orang muda Katolik. [3] mundur sejenak dari rutinitas, berdialog dengan diri sendiri maupun dengan Allah, untuk panggilan hidup menggereja. [4] memahami tahap-tahap pembelajaran berikutnya dan menyiapkan diri untuk mengikutinya secara intensif

Proses bersama dalam Orientasi Program tersebut sangat penting bagi Anda agar semakin siap mengikuti Lima Tahap Pembelajaran Intensif berikutnya dari Januari sampai Juni 2008, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan:[1] Pembelajaran Pribadi [mengerjakan tugas pribadi di sela-sela kegiatan rutin Anda sehari-hari][2] Pembelajaran Kelompok [dilakukan dalam kelompok pada waktu dan tempat yang disepakati seluruh anggota kelompok][3] Pembelajaran Bersama [dilakukan bersama seluruh peserta, beberapa fasilitator, dan narasumber KOMJak dalam satu kali pertemuan pleno Sabtu-Minggu/weekend]Setelah membaca e-mail ini, kami minta Anda segera me-reply-nya dan mengonfirmasikan apakah Anda akan hadir/tidak hadir dalam Jumpa Peserta KOMJak dan Orientasi Program tersebut.

Jika Anda tidak hadir dalam Orientasi Program, Anda tidak bisa mengikuti Lima Tahap Pembelajaran Intensif berikutnya [kecuali ketidakhadiran Anda disebabkan oleh faktor2 di luar kendali Anda]. Sejak saat ini, kami minta Anda untuk mengunjungi website/weblog KOMJak di alamat http://komjakarta.org atau http://komjakarta.blogspot.com untuk mengikuti perkembangan informasi program KOMJak. Selain itu, kami harap Anda juga memeriksa e-mail yang terkirim kepada Anda secara rutin/sering.Terima kasih.Salam,-- Kampus Orang Muda Jakarta [KomJak]http://komjakarta.orghttp://komjakarta.blogspot.com

NB: Artikel lengkap proses tentang KOMJAK http://melkipangaribuan.blogspot.com/
IMANUEL

CerPeng4


Thanks Lord ....Paket Buku dari Bimas Katolik

Pagi 15 Desember 2008, Saya dapat sms dari Maya teman seangkatan. Maya memberitahukan untuk meminta buku Sejarah Gereja (kuliah Rm. Eddy) di DEPAG pusat.Siangnya saya meluncur ke DEPAG pusat Jakarta (dekat KAJ).saya tak lupa menulis daftar tamu, bertanya ke satpam dan menuju lift.Saya menuju lantai 5(lima), sesampai di atas, saya bertanya-tanya dimana saya dapat meminta buku.Saya disarankan menuju ke lantai empat bertemu Pak Tomas (BIMAS KATOLIK bagian Perguruan Tinggi). Saya pun menuruni tangga.Saya bertemu Pak Tomas yang bersiap makan siang. Saya diminta untuk menfhoto copy KTP di lantai 3(tiga).Saya pun bergegas dan mencopy KTP satu lembar saja.Kembali di lantai empat saya harus menunggu karena karyawan sedang makan siang semua.saya bermain games ular di tangga (bukan ular tangga).kira-kira 40 menit menunggu saya pun kembali keruangan pak Tomas. saya dipersilakan duduk sambil menunggu beberapa hal mengenai prosedur pengambilan buku.Selang beberapa menit buku dibawa satu per satu ke atas meja. saya binggung untuk apa sebanyak ini. saya pikir,"mana buku yang saya cari?. Tak ada satupun terlihat."Saya diminta mengisi lembar formulir, dan mengisi buku-buku yang ada dihadapan saya. Saya berpikir lagi,"gila banyak banget ditulis, pake nama gue lagi."Setelah mengisi saya berpamitan, tak lupa saya berterima kasih pada pak Tomas.pak Tomas lalu mengarahkan saya kepada Pak Albertus. Pak Albertus yang sedang makan adalah kepala bagiannya.Saya ingin bersalaman namun sayang tak bisa. "bau ikan..." ujar beliau.Saya meminta plastik ke pak Tomas. Karena 12 buku tidak muat di dalam tas saya.Saya diingatkan,"kalau mau minta buku datang lagi, biasanya akan ditanyakan dahulu buku yang pernah diminta. Gratis!.""Busetttt....banyak banget mo dipresentasikan kesini...." ceplos saya.Berikut buku-bukunya:Etika Komunikasi, HaryatmokoEtika Sosial, Jenny TeichmanBersama Dia, Agustinus GiantoGod Spy, Juan Gomez - JunardoKarya Lengkap DriyarkaraMenguak Injil-Injil Rahasia, Deshi RamadhaniMenjadi Saksi Kristus, Franz Magnis-SusenoMenuju Hidup Yang Lebih Ekaristis, Herman MusakabeMenyeberangi Sungai Air Mata, Antonius SumarwanPemimpin dan Krisis Multidimensi, Herman MusakabePsikologi Pendidikan, Sumadi SuryabrataWajahku Pribadiku, Mary RebeccaTerima kasih Tuhan Yesus, terima kasih pemerintah melalui BIMAS DEPAG, terima kasih Pak Tomas dan Pak Albertus Triyatmojo SS, M.SI. yang telah melayani dengan baik.Tuhan Memberkati.

IMANUEL

Puji Syukur

STEFANUS Yoanes Melki Sahala Pangaribuan.

Menerimaan Sakramen Krisma oleh Bapak Uskup Jakarta Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, 30 November 2008Di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta. Jalan Jend. Sudirman 51, Jakarta

IMANUEL

CerPeng3

PROSES PERJUANGAN SEORANG KATEKIS bagian 1
Thank’s to …. (I)

Tamat SMU tahun 2006, menghantarku kembali ke Pulau Jawa Barat, Bekasi Utara. Aku menjadi pelajar dan ‘anak hilang’ (belajar mandiri) kurang lebih 2 tahun di kota Raha, Sulawesi Tenggara. Dengan bimbingan dan kasih sayang dari Oma DC Toehatoe tercinta, Om Bobby, Tante Eda, Om Ipul, Tante Femy (Almh), Om Onal dan Tante, serta semangat dari adik-adik sepupuku Vip, Ody, Ebet, Risa (Almh), Glory, Abang Mitra (hanya beberapa bulan karena ada urusan pribadinya), kemudian adik bayi yang belum bernama (sekarang Maharani). Aku menjalani hari-hariku dan tinggal dalam satu atap bersama mereka. Banyak hal yang kudapatkan waktu berada disana.

Bermodal wejangan kuat dari OMA DC tersayang. Aku pun mengarah pada kata KATEKIS. “Ko … jadimi KATEKIS, enak bodo. Seperti Bapaknya Rino atau Bapak Kani yang mengajari agama.. Anak-anak Oma tidak ada yang mau, waktu itu Oma tawarkan Om Epang tapi tidak mau” pesan Oma dengan logad Ambon bercampur logad Muna.

Sebelum aku menerima ijasah kelulusan SMU, aku selalu teringat perkataan Omaku itu, “… jadimi Katekis seperti Bapaknya Rino … ”. Kalimat tersebut mengarahkan pada satu hal, apakah arti kata KATEKIS itu. Karena sangkin penasarannya kemudian aku membuka kamus bahasa Indonesia. Sesuai urutan abjadnya, kutemukan kata Katekis itu dan beberapa istilah kata lainnya yang berdekatan. Namun aku makin tambah penasaran untuk menjadi KATEKIS. Aku pun mendatangi Bapaknya Rino (Bpk. Higinus) yang tak jauh dari rumahku.

Beberapa kalimat terlontar mengandung makna, tanya, juga harapan dari bibir manisku. Satu titik puncak perbincanganku dengan beliau. Beliau telah mengatifkan sel otakku yang baru. Cakrawala berpikirku kurasakan berbeda. Sore itu kutemukan jawaban meski tidak sepenuhnya. Aku mengerti satu hal, Roh Kudus telah membuka cara berpikirku yang baru dan menyemangatiku untuk lebih mendalami lagi tentang Katekis.

Aku melanjutkan pencariaan tentang KATEKIS itu. Aku mendatangi Pastur Dony, Pr. Beliau salah satu ‘orang yang dipercayakan’ mengembangkan spitualitasku di kota Raha. Aku mencari jawabanku dan beliau mengarahkanku untuk mencari sekolah KATEKIS di Tanah Jawa.
Aku merasakan semakin dekat dengan kata KATEKIS itu, ada doa, dukungan, dan berkat peneguhan dari Pastur Dony, Pr. Sementara Oma DC selalu mengarahkanku pada kata Katekis dan KATEKIS, bahkan benakku menyimpan baik-baik kata “KATEKIS”.

Aku meninggalkan kota Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara Juli 2006. Thank’s LORD to Oma Dc yang mengarahkanku pada kata “KATEKIS”, thanks to Bapak Higinus yang membantu membuka cara berpikirku lebih jauh. Thank’s to Pastur Dony, Pr sebagai pembimbing spiritualku dan Mudika Paroki St. Yohanes Pemandi Raha, dan thak’s to All (orang-orang yang akan kutuliskan ”jika ingat” satu persatu dalam kisah hidupku. Tapi tunggu saja ya dengan sabar). I miss in AmbonCamp, I miss Raha City. IMANUEL

“Di doa nenekku, ada namaku disebut. Di doa ibuku, ada namaku pun disebut. Dan di doa Bunda Maria namaku pasti ada disebutkan” nyanyiku menggantikan lirik lagu rohani Di Doa Ibuku Namaku Disebut – Nikita.

CerPeng2

BERTEMU BAPAK KARDINAL

Jumat 4 Juli 2008, Saya pergi ke Keuskupan Agung Jakarta untuk bertemu Ketua Komisi Kateketik KAJ. Kedatangan Saya saat itu, langsung dihampiri Maya, teman kuliah Saya yang sudah ‘janjian’ di tempat parkir motor. Kami pun segera menuju kantor Karya Pastoral KAJ untuk menemui Mba Ningrum, karyawan KAJ. Oleh Mba Ning – sapaan akrab Mba Ningrum – kami langsung ditunjukkan ruangan dari Komisi Kateketik KAJ. Di sana kami bertemu dengan Bapak Hendro, yang menyambut kami dengan baik dan ramah.

Setelah kami menjelaskan maksud kedatangan pag itu, yaitu perihal permohonan beasiswa, kami kemudian menuju ke gedung Gereja Katedral-Jakarta, syarat dan ketentuannya bisa ditanyakan kepada P.A/Kaprodi kita. Saya menemani Maya yang ingin berkunjung ke Museum Katedral. Namun sayang, saat itu museum belum dibuka. Maya lalu sujud berdoa. Duduk di baris belakang, aku pun berdoa di hadapan patung Yesus yang berada di pangkuan Bunda Maria. Selesai berdoa, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Goa Maria yang berada tak jauh dari gedung gereja. Saya mengambil lilin 'gratis' untuk berdoa, lalu mendaraskan doa 1x Bapa Kami, 3x Salam Maria, beberapa intensi dan ucapan syukur. Kunjungan ini merupakan kunjungan tahun ketiga bagi Saya (mencoba setiap tahun minimal sekali berkunjung). Meskipun Saya selalu berkunjung ke Gereja Katedral setiap ada kesempatan.

Setelah berdoa, kami kembali ke kantor Karya Pastoral KAJ untuk berpamitan dengan sahabat kelas kami. Kali ini pertemuan kami dengan Mba Ning sedikit berbeda, karena tiba-tiba kami ingin bertemu dengan Bapak Uskup. Keinginan ini muncul karena Saya menanyakan tempat tinggal Bapak Uskup. “Wismanya yang yang belakang atau yang depan?” tanya Saya pada Mba Ning. Tiba-tiba Saya berpikir, “Apakah Bapak Uskup boleh kami temui?”. ”Iya bisa saja, jika tidak sibuk” ceplos Mba Ning.

Mba Ning lalu mencoba menelepon seketariat tempat kediaman Bapak Uskup. Entah apa yang ia katakan, tapi beberapa menit kemudian kami dipanggil, dan diperbolehkan menemui Bapak Uskup.

Hari itu sungguh anugerah luar biasa dari Tuhan untuk saya, Maya, dan Mba Ning. Kami bertiga bertemu Bapak Kardial secara eksklusif, sekaligus mewawancarai ala reporter dadakan. Kami mulai menyusun kata-kata, sebab pertemuan dengan Bapak Uskup ini memang tidak kami rencanakan sebelumnya. Saya lihat Maya juga sepertinya ragu-ragu dengan hal ini. Mungkin ia berpikir, “Apakah ini benar-benar nyata? Bertemu dengan seorang Uskup?!” Beberapa saat kemudian, muncul ide dalam pikiran kami mengenai yang akan kami ucapkan pertama kali kepada Bapak Uskup. Kami akan mengucapkan selamat atas Tahbisan Bapak Uskup yang ke-25 kemarin (29 Juli 2008).

Hanya seperkian detik setelah kami menunggu, tiba-tiba Bapak Uskup membuka pintu. Kami spontan berdiri tegap, seperti prajurit yang sedang berbaris. Kami semua menyalami Beliau, tapi Saya, setelah berjabat tangan dengan Beliau, langsung duduk di kursi. Saya grogi, tapi kemudian Saya bangkit kembali sampai Bapak Uskup mempersilahkan kami duduk. “Huh...payah nih!! Grogi abis - masa tadi duduk duluan. Malunya ... #@*697061@#5^>?<":
Mba Ning memulai pembicaraan dengan menyampaikan maksud kedatangan kami - yang adalah para calon katekis - kami berharap mendapat wejangan dari Bapak Uskup. "Duh.. senangnya hati ini, bertemu Bapak Uskup, seperti orang penting saja", ujar Saya dengan bangga dalam hati.

Sosok pemimpin yang Saya idolakan ini ternyata membagikan keistemewaan yang begitu dalam bagi kami, hingga di dasar lubuk hati kami. Saat itu kami mendengarkan Bapak Uskup secara serius tapi santai, walaupun Saya pribadi tidak dapat berkata-kata lagi, karena grogi dan kagum dengan kewibawaan serta kesederhanaan Beliau.

Mba Ning lalu melanjutkan percakapan dengan menanyakan harapan Bapak Uskup kepada para calon katekis, khususnya Mahasiswa Ilmu Pendidikan Teologi Atma Jaya Jakarta. Dengan suara tegas namun lembut, Beliau mengatakan, “Harapan dari para calon katekis sebenarnya sudah diketahui para calon katekis itu sendiri, bahwa yang terpenting adalah para calon katekis mau mengabdikan diri bagi Tuhan”.

Beliau juga berpesan, “Kita (Beliau dan juga para calon katekis) adalah bagian Gereja yang harus hidup dalam kesucian dan kemurnian iman. Bagaimanapun juga kita semua hidup dalam Roh yang sama, yaitu Roh Kudus”.

“Para katekis harus selalu berpatokan pada iman para rasul pada saat Pentakosta. Para rasul dapat menarik banyak orang untuk mengikuti Yesus, bukan karena khotbah mereka yang hebat, melainkan karena Roh Kudus sendiri yang menghidupkan semangat mereka.” lanjut Beliau.

Beliau juga menegaskan, ”Bahwa Tugas para katekis adalah membawa umat kepada Tuhan”.
“Apa yang diwartakan Gereja itu adalah sesuatu yang tidak terumuskan, tetapi para katekis bertugas untuk memberitahukan hal-hal yang tak terumuskan itu kepada orang lain dalam bentuk rumusan-rumusan.”

Tiba-tiba Maya bertanya kepada Bapak Uskup. "Menurut Romo, apakah yang harus kita lakukan dan wartakan terhadap para umat yang sudah terkontaminasi dalam era globalisasi ini?" ucap maya perlahan. Bapak Uskup menanyakan kembali pertanyaan Maya tentang "terkontaminasi" tadi, seakan hendak memperjelas suara domba-dombanya yang haus akan air kehidupan.

"Biarkan mereka (umat) yang terkontaminasi itu hening sebentar. Biarkan mereka masuk ke kedalaman hatinya dan menerima kuasa dari Roh Kudus yang berbicara di dalam hatinya. Sebentar itu bisa berarti satu hari, bisa juga berarti beberapa waktu, hingga mereka benar-benar menyadari bahwa Tuhan yang berkata di dalam hati mereka" jawab sosok Kardinal yang ramah dan sederhana.

Bapak Uskup juga mengingatkan kami pada perintah Yesus yang berbunyi “Bila ada dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, maka Aku hadir di tengah-tengah mereka”. Beliau mengatakan bahwa, ”Perintah Yesus ini memiliki kuasa. Oleh karena itu, kita dapat selalu menggunakan kuasa ini. Setiap kali kita memulai suatu acara, mulailah dengan doa, minta Roh Kudus untuk hadir pada saat itu”.

Bapak Uskup juga bercerita tentang St.Thomas, yang peringatannya diadakan pada tanggal 3 Juli yang lalu. Beliau mengatakan, “Kita selalu menjadikan St.Thomas sebagai contoh orang tidak beriman. Tapi kita sepertinya lupa untuk melihat hal itu dari sisi yang lain. Pengakuan St.Thomas, “Ya Tuhan dan Allahku” sebenarnya merupakan rangkuman dari seluruh iman kepercayaannya kepada Tuhan”.

Tak salah memang apabila Tuhan memilih Beliau-Uskup Jakarta untuk Saya kagumi. Dengan kesederhanaan yang menjemput pengalaman hati. Perkataan Beliau yang penuh kuasa Tuhan, dapat membelah hati Saya untuk 'ngedunk' kata-kata yang di sampaikan.

"Ngerti banget sih Beliau ini soal hati gue, ngga salah Tuhan memilih Beliau untuk gue kagumi. Coba aja setiap umat mau mendengarkan setiap homili dari Pastur Paroki masing-masing dan membuka pintu hati mereka, lepas dari segala macam urusan duniawi. Pasti (Iya dan Amin) kuasa Roh Tuhan melegakan hati umat sekalian dan menerima kesatuan dengan Tuhan dalam hidup kesehariannya" gerutu saya di dalam hati.
IMANUEL

CerPeng1


Calon St. Yusuf Era Globalisasi

”Hallo... Eki?. Ki, kami ingin bertemu kamu, kalau bisa secepatnya kamu datang ke rumah Redi, penting sekali!!!, kami tunggu ya!” minta Steka via telepon. Tanpa bertanya-tanya lagi, Eki langsung meluncur dengan sepeda motor bututnya ke rumah Redi. Eki ditunggu dengan sejuta harapan oleh sahabat-sahabat mudikanya.

”Begini loh...Ki, kami memerlukanmu untuk memecahkan persoalan kami. Kami tahu pasti kamu dapat menolong. Tapi, itu jika kamu berkenan” ujar Redi yang lebih dewasa saat itu.
”Lantas apa yang harus kulakukan?”, tanya Eki dengan spontan. ”Bagaimana... menjelaskannya ya?” pikir Redi sejenak. ”Ayo katakan saja, jangan buat aku jadi penasaran” tegas Eki.
”Ohya Ki...., kamu tahu kan Puspa?. Dia sekarang sedang hamil lima bulan. Dan Puspa saat ini belum menerima pemberkatan sakramen pernikahan. Kamu juga tahu kan kalau pacarnya itu belum meyakini agama kita?” ungkap Redi. ”Puspa yang aktif ikut mudika itu?” ceplos Eki. ”Iya” jawab Redi dan Stika bersamaan.

”Duh... apa yang aku harus perbuat dalam hal ini?, sedangkan aku belum berpengalaman, umurku saja baru setinggi pohon jagung” linglung Eki sambil meminum secangkir air putih.
”Kami tadi telah berembuk sebelum kamu datang, kami berharap kamu dapat menjadi penolong bagi Puspa. Siapa tahu kamu mau menolong bayi yang sedang dikandung Puspa. Dan kami berharap ada seorang yang mau menjadi seperti teladan Bapak Yusuf, apalagi di era globalisasi ini” ujar Redi.

”Kenapa tidak kan?!, jika ada seorang pria, yang mau menjadi seperti Bapak Yusuf 2000 tahun yang lalu” celetuk Stika. ”Ah... yang benar saja kalian, masa mau menjerumuskan aku sebagai Bapak Yusuf zaman global warming” canda Eki memberi tanggapan.
”Haha…haha...ha..” semua tertawa sambil menikmati kue kering diruang tamu, yang sedikit terang itu.

Dengan sedikit serius Eki berkata, ”Apakah kalian berpikir, bahwa menjadi seperti Bapak Yusuf itu ternyata tidaklah mudah. Di era sebelum Masehi, memang tidak ada yang mengira Bapak Yusuf menjadi Ayah bagi Yesus Kristus dan menjadi suami bagi Ibu Maria. Apalagi anak yang dikandung Bunda Maria bukan dari hasil hubungan suami-istri melainkan dari Roh Kudus. Namun dalam hal ini, berbeda dengan Puspa yang hamil akibat 'sex before marriage’, melakukan hubungan suami-istri sebelum pemberkatan pernikahan. Dan kalian sekarang mau menjadikan aku pengganti Bapak Yusuf?. Kalian itu sama saja menjadikan aku seperti telur diujung tanduk” ungkap Eki sedikit tidak mengenakan.

”Kami minta maaf Ki, kami tidak berpikir sejauh itu. Kami hanya berpikir ada yang mau menolong keselamatan bayi yang sedang dikandung Puspa.” ujar Steka menenangkan Eki. ”Kan sudah jelas, apalagi yang mau dipikirkan, bukankah yang berbuat itu harus bertanggung jawab?” sahut Eki sedikit menenang. ”Iya memang benar Ki, tapi kamu belum tahu kalau bayi yang dikandung Puspa itu telah menerima obat-obatan keras untuk digugurkan oleh Arbiso, kekasihnya yang melepas tanggung jawab itu. Bagi Gereja, hal itu kan dosa yang sangat berat dan perbuatan pencobaan arbosi itu dilarang keras” tegas Redi dengan penuh kebijaksanaan.
Malam yang dingin saat itu ikut merasakan pembicaraan yang lebih dari tiga jam. Canda-tawa, serius-memanas, menghampiri setiap kali pembicaraan. Hanya beberapa kali bisa tertawa terbahak-bahak. Eki dan Steka pun pamit dari kediaman Redi.

Dalam perjalan pulang Eki memikirkan hasil pembincangannya dengan sahabat-sahabatnya. Eki tidak menyangka, pembicaraan malam itu menjadi gangguan dalam pikirannya hingga menjelang tidur.

Sejak malam itu pula Eki selalu berkontemplasi, mencari kehendak Tuhan selama 14 hari tanpa henti. ”Dapatkah aku menjadi seperti teladan Bapak Yusuf ?. Kenapa aku harus menghadapi semua ini?. Akukah yang harus menyelesaikan pergumulan ini?. Apa yang harus aku perbuat dalam pergumulan ini?” tanya Eki setiap doa malam.

Sementara Eki terus bergelut dengan pencobaannya, pada malam yang ketiga Eki berdoa dengan lebih kusuk dihadapan altar kecil yang berada di sudut kamarnya. Di depan patung Bunda Maria dan patung Tuhan Yesus serta ditemani cahaya lilin, Eki berkeluh kesah dengan pergumulannya. ”Ya Bunda, engkau adalah Ibu bagi Yesus Tuhanku, aku tahu engkau adalah istri bapak Yusuf. Aku sekarang sedang linglung mencari jawaban atas pergumulan ini. Aku mau mencari jawaban yang seperti engkau Bunda, bukan kehendakku yang terjadi melainkan kehendak Bapa yang terjadi” doa Eki yang hingga meneteskan air mata.

Malam-malam berikutnya adalah hari yang ketujuh bagi Eki. Ketika malam itu Eki berdoa, melintas dengan indah dalam bayang-bayang keheningan, kenangan masa lalu Eki bersama Puspa. Saat Eki mengejar asa cinta dari Puspa yang adalah teman seangkatannya waktu duduk di bangku SMP. Eki juga teringat akan uang koin yang selalu dikumpulkannya setiap minggu. Uang koin itu digunakan hanya untuk menelepon Puspa di malam minggu sepulang Gereja.
Pada hari kesembilan, Eki makin risih karena doa-doanya tak kunjung terjawab. Suara hatinya terganggu oleh berbagai macam jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa. Sangkin kawatirnya, Eki menderaskan lagi novena tiga kali Salam Maria untuk memperkuat barisan depan intensinya. Hari-hari berlalu sebelum hari pemberkatan Puspa dan Arbiso, terkadang Eki melamun di siang hari bolong. Sapaan terik matahari dibawah pohon rindang tak membuat Eki sadar akan Tuhan yang sedang menemani kesendiriannya.

Pagi berikutnya Eki terburu-buru pergi ke Kapel Jhon Baptis, meski tidak begitu jauh dari rumahnya. Eki ingin menyaksikan hari yang bersejarah bagi Puspa dan Arbiso. Sabtu 7 Juli 2008, merupakan hari pemberkatan bagi Puspa dan Arbiso yang menjadi mempelai yang sepadan. Arbiso telah menjadi katolik dan menjadi bagian dari keluarga katolik yang telah resmi menurut Kitab Hukum Kanonik, yang disahkan Gereja melalui Sakramen Pernikahan.
Disudut barisan depan, Eki menyaksikan kebahagian Puspa. Yang juga merupakan kado terbesar bagi Puspa dari Eki. Inilah jawaban akhir dari pergumulan dan kecemasan Eki yang berlarut hingga berhari-hari. Meski sempat hati Eki mau memberontak saat acara berlangsung, namun Eki dapat menenangkan diri dan mengikhlaskan pernikahan Puspa.

Sejak saat itu Eki menyadari, pergumulannya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan pertolongan Tuhan indah pada waktu-Nya. Eki berharap agar dapat menemukan gadis yang sepadan, yang takut akan Tuhan dan seiman baginya. Yang saling mencintai serta tak terpisahkan oleh manusia, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, doa Eki dihadapan tarbenakel.
IMANUEL